Ponorogo, jatimsatu.com – Semangat menggali jejak sejarah terus ditunjukkan Pemerintah Desa Karangpatihan, Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo. Salah satu fokusnya adalah upaya memecahkan misteri Sendang Beji, sebuah situs patirtan yang diperkirakan berasal dari era klasik Nusantara.
Beberapa waktu lalu, Pemdes Karangpatihan melakukan audiensi dengan Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XI di Trowulan, Mojokerto. Dari sana, mereka mendapatkan kembali berbagai data hasil ekskavasi yang pernah dilakukan di Sendang Beji pada tahun 2017.
Kini, langkah lanjutan mulai ditempuh. Pemerintah desa berupaya mendorong agar Sendang Beji ditetapkan sebagai cagar budaya. Harapannya, reruntuhan bangunan patirtan tersebut dapat direkonstruksi dengan memaksimalkan penggunaan elemen arsitektural asli yang telah ditemukan.
Pemerhati sejarah Ponorogo, Muhammad Masrofiqi Maulana, atau akrab disapa Vicky, yang sempat berkunjung ke lokasi mengaku sangat antusias.
“Dari pengamatan kami, struktur bangunan patirtan dan tiga arca yang ada kemungkinan besar berasal dari era klasik atau jaman Hindu Buddha. Terlebih terdapat arca miniatur lumbung dan Bima yang erat kaitannya dengan kultus kesuburan,” ujarnya.
Ia menambahkan, penelitian lebih mendalam sangat diperlukan untuk benar-benar mengungkap sejarah panjang Sendang Beji.
“Kami mendukung penuh agar Sendang Beji bisa dibersihkan kemudian dikaji oleh team ahli di bidang cagar budaya, sehingga bisa diajukan sebagai situs cagar budaya. Jika bisa rekonstruksi dan direvitalisasi seperti semula sesuai prosedur yang berlaku, potensinya sangat baik bagi perkembangan sejarah di Ponorogo,” tegasnya..
Sementara itu, Kepala Desa Karangpatihan, Eko Mulyadi, menuturkan bahwa selain Sendang Beji, masih ada berbagai peninggalan bersejarah lain di wilayah bagian barat desa.
“Di antaranya ada Punden Ngreco, Watu Joli, Selo Tundho, dan lainnya. Semua ini layak diteliti agar kita bisa mengetahui kondisi Karangpatihan di masa lalu,” ungkapnya.
Melalui upaya ini, Desa Karangpatihan tak hanya menjaga warisan leluhur, tetapi juga menapaki jalan menuju kebangkitan budaya yang dapat menjadi kebanggaan masyarakat Ponorogo.(dd)
Posting Komentar